Tukang Ngegame, MAKKAH - Para jamaah haji dari Indonesia mulai kembali ke negeri asal mereka secara bertahap, entah itu lewat Jeddah ataupun Madinah.
Sebelum berangkat menuju Tanah Air dan meninggalkan Makkah, para jemaah lebih dulu menunaikan Tawaf Wada.
Walaupun diwajibkan, terdapat beberapa pengecualian untuk melaksanakan tawaf Wada, termasuk bagi wanita yang sedang dalam masa menstruasi.
Prof. Dr. Hj. Siti Mahmudah, S.Ag, M.Ag, seorang konsultan ibadah dari Wilayah Kerja Makkah, menyampaikan bahwa jemaah haji wanita atau petugas haji wanita yang akan keluar dari Kota Mekkah namun sedang menstruasi tidak perlu melakukan Tawaf Wada.
Situasi mengenai penghentian tawaf wada ini pun diterangkan oleh Siti Aisyah, yang merupakan Ketua Pimpinan Pusat 'Aisyiyah.
Menurut dia, wanita yang sedang menstruasi tidak diwajibkan untuk melakukan tawaf wada.
Dia kemudiannya merujuk kepada hadis riwayat Bukhari daripada Ibn Abbas, yang bermaksud "bolehkah wanita itu tidak keluar apabila suaminya menginginkan."
Diberikan dispensasi kepada wanita agar tidak membayar zakat atau bersalaman (tidak perlu berpamitan) ketika mereka haid.
"Sebab tawaf wajib dilakukan dalam keadaan suci, berbeda dengan tawaf ifadhah; apabila seorang wanita siap untuk kembali, dia harus mandi terlebih dulu sebelum melakukan tawaf ifadhah karena hal ini merupakan salah satu rukun haji," jelasnya.
Ada metode alternatif untuk mengucapkan salam penutup saat menjadi tamu bagi wanita yang sedang hamil setelah menyelesaikan sejumlah ritual haji di Mekkah.
Bagaimana caranya?
"Maka bagi wanita yang sedang haid, tidak perlu melakukan tawaf wada', cukup dengan berdiri dan berdoa di depan Masjidil Haram sebelum meninggalkan rumah suci sebagai tamu Tuhan Yang Maha Esa," jelas Siti Mahmudah, yang juga menjabat sebagai Ketua Program Doktoral (S3) Ilmu Hukum Keluarga pada Fakultas Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung.
Menurut dia, tuntutan untuk melakukan Tawaf Wada' sudah lunas dan tidak perlu ada penggantian dam, baik itu untuk jemaah wanita yang tengah mengalami haid atau nifas, orang dengan kondisi istihadhah, mereka yang bueser, anak-anak kecil, individu dengan kesulitan fisik, seseorang yang cedera sehingga darah keluar secara berkelanjutan, serta mereka yang merasa stres atau tertinggal dari grupnya.
Makna Tawaf Wada
Siti Aisyah, yang merupakan Ketua Pimpinan Pusat 'Aisyiyah, menjelaskan tentang tawaf wada ini. Secara harfiah, kata wada bermakna perpisahan.
Oleh karena itu, tawaf wada merupakan tawaf perpisahan dari Kabah.
Dari segi pelaksanaannya setelah haji, tawaf wada merupakan simbol penyelesaian seluruh ritual haji serta para jamaah akan segera pulang atau meninggalkan Makkah.
Ketika para jamaah haji tiba di Mekkah, mereka umumnya melakukan tawaf qudum.
Tawaf qudum mirip seperti menyapa dengan salam selamat datang, dan saat akan pergi, kita berpamitan melalui tawaf wada," katanya. Dia menambahkan lebih jauh bahwa tawaf wada bersifat masyru' atau telah diperbolehkan dalam agama.
Aisyah menambahkan bahwa makna dari ibadah haji merupakan sebuah perjalanan rohani kepada Tuhan Yang Maha Esa. "Karena telah berkunjung ke Baitulallah, saat kembali maka haruslah dengan salam perpisahan," jelasnya.
Cara Tawaf Wada
Melakukan tawaf wada mirip dengan melaksanakan tawaf biasa, perbedaan utamanya terletak pada niat yang digunakan.
Aisyah mengambil contoh, apabila tawaf ifadhah dilakukan dengan niat sebagai tawaf ibadah guna memenuhi salah satu rukun haji, maka tawaf wada harusnya dimaksudkan sebagai tawaf perpisahan.
Melihat bahwa tawaf wada adalah tindakan perpisahan dengan masjidil haram dan Kabah, pada dasarnya setelah melakukan tawaf wada sebaiknya tidak kembali ke masjidil haram.
Tetapi jika rombongan sampai di hotel itu tidak masalah, apalagi bila ada keterlambatan pada bus yang akan menjemput mereka, namun lebih baik untuk segera keluar dari Mekkah.
Pada saat melakukan tawaf wada, para jamaah dapat menyampaikan rasa syukur setelah menyelesaikan ibadah haji dan umrah mereka. Melakukan perjalanan haji adalah anugerah luar biasa yang diberikan Allah kepada kita sebagai bentuk kepercayaan terhadap-Nya, dan tak semua orang memiliki kesempatan untuk menjalankannya.
Berikutnya, para jamaah dapat mengucapkan doa supaya ibadah haji dan umrah yang dilaksanakan diterima oleh Allah swt dan dianggap sebagai haji yang mabrur.
Kelompok juga dapat mendoakan untuk suatu saat nanti dapat kembali mengunjungi Baitululloh karena menanggapi pemanggilan Allah merupakan sebuah hasrat tanpa akhir.
Setelah menyelesaikan tawaf wada, para jemaah kemudian akan pulang ke negara mereka masing-masing dan dapat memohon perlindungan selama perjalanan kembali ke tanah air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar