Pelajar dalam Program Penguatan Karakter di Barak Militer Menghadapai Risiko Trauma

PIKIRAN RAKYAT - Peserta program pengembangan moral yang berlokasi di barak militer terancam mengalami dampak psikologis negatif pasca kembali ke lingkungan asli mereka.

Maka dari itu, situasi mereka akan tetap diawasi dan dibimbing oleh kelompok psikolog dari Dinas Sosial Perlindungan Perempuan dan Anak Purwakarta.

"Apabila hal tersebut berdampak traumatik akibat stigma yang ada di tengah masyarakat, kami siap menghadapi situasi seperti itu. Namun demikian, tim konseling psikologis Departemen Sosial akan memberikan dukungan hingga mencapai jangka waktu setengah tahun," ungkap Konselor Psikologi Dinas Sosial, Fiskalia Kartika Dini pada hari Senin, tanggal 19 Mei 2025.

Pembinaan tersebut diketahui telah berlangsung sejak awal implementasi program di barak Tentara Nasional Indonesia (TNI), yang dimuali pada tanggal 1 Mei 2025. Tidak kurang dari 39 siswa SMP terus dianjurkan dan diamati sampai dengan minggu akhir acara, yaitu pada tanggal 18 Mei 2025.

Fiskalia menilai bahwa sampai saat ini, keadaan mereka cukup bergairah untuk melakukan perubahan serta memodifikasi lingkungan mereka baik dalam keluarga, pendidikan, ataupun masyarakat. Dia mencatat pula bahwa peserta lainnya juga merasa senang dapat bertemu lagi dengan orangtua dan kerabat mereka.

"Tim Dinas Sosial berencana melakukan penilaian awal serta pemantauan, termasuk kunjungan rumah dan sekolah, sambil kami masih melanjutkan sesi bimbingan dan terapi psikologis. Terapi psikologi penting untuk membantu mengatasi traumanya akibat tindakan orang tua mereka," jelasnya.

Pembinaan juga mencakup orangtua dan keluarga peserta sepanjang pelaksanaan program ini. Kegiatannya untuk mereka termasuk pendidikan sampai terapi psikologis tentang gaya mendidik anak saat berada di rumah.

Tim tersebut berkolaborasi pula dengan guru bimbingan konseling (BK) yang ada di Dinas Pendidikan serta di sekolah-sekolah mereka sendiri. Nantinya, mereka akan menemani para peserta dalam memperkuat aspek-aspek seperti psikis, mental, jasmaniah sampai rohani usai tinggal di barak Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Menurutnya, kesuksesan dari program pengembangan moral bergantung pada kolaborasi antara berbagai pihak. "Kami akan mempertahankan komunikasi dengan para orangtua, serta melanjutkan proses pantauan dan penilaian ini agar dapat mencegah dampak negatif dari lingkungan sekitar," ungkap Fiskalia.

Berdasarkan pengamatan di lokasi, para anggota dari program pembangunan karakter tampak sangat antusias dalam mengikutsertakan diri pada setiap tahapan acaranya. Mereka juga mempersembahkan pertunjukan baris-berbaris di pusat lapangan serta menyanyikan yel-yel khas militer ketika perayaan penutupannya, dengan hadirin mencakup kedua orangtua dan beberapa petinggi lokal.

Setelah acara penutupan dan setiap peserta membacakan komitmennya, akhirnya para orangtua diizinkan merangkul anak-anak mereka. Momen tersebut dipergunakan untuk mengurangi kerinduan melalui pelukan serta tawa dan air mata kegembiraan.

Kondisi yang diperlihatkan oleh para peserta berhasil menenangkan kekhawatiran orangtua dan publik tentang efek buruk dari pelatihan karakter di barak TNI. Komandan Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Kolonel Arm Roni Junaidi, menyatakan bahwa hak-hak anak tetap terjamin sepanjang berlangsungnya program ini.

"Semua aspek layanan dan hak anak telah dipenuhi dengan baik mulai dari waktu istirahat, ibadah, pendidikan, hingga kesejahteraan makanan yang disediakan jauh lebih unggul. Bahkan, boleh dibilang kondisinya lebih baik dibandingkan di barak lain," katanya penuh keyakinan. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar