
– Ahli digital forensik, Rismon Sianipar, menyoroti penggunaan teknologi percetakan yang sangat modern dalam pembuatan lembar pengesahan skripsi Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 1985.
Pernyataan tersebut disampaikan Rismon menanggapi laporan dugaan pemalsuan skripsi mantan Presiden RI tersebut.
"Pemilik percetakan Perdana, siap-siap Anda akan dipanggil ke pengadilan atas laporan skripsi palsu ke Bareskrim dan pengadilan perdata Jakarta," tegas Rismon, dikutip dari laman X (Twitter) pribadinya.
Rismon juga menantang pihak-pihak terkait untuk membuktikan dan merekonstruksi lembar pengesahan skripsi Jokowi yang disebutnya menggunakan teknologi sangat modern di masa itu.
"Dia harus membuktikan dan merekonstruksi lembar pengesahan skripsi Jokowi yang menggunakan teknologi sangat modern di tahun 1985!" katanya.
Kasus dugaan ijazah palsu dan keaslian skripsi Jokowi ini telah menjadi sorotan dalam beberapa pekan terakhir.
Bareskrim Polri bahkan telah melakukan uji forensik terkait dokumen tersebut. Namun, sejumlah pihak meragukan hasil uji forensik itu.
Until now, there has been no official statement regarding the printing address used by Jokowi at that time.
Namun, berdasarkan informasi yang beredar, percetakan yang dikaitkan dengan skripsi Jokowi bernama Perdana Printing dan berlokasi di Kecamatan Ngemplak, Yogyakarta.
Saat ini, percetakan tersebut dikabarkan tidak lagi beroperasi dan telah berubah fungsi.
Uji Forensik Skripsi Jokowi
Sebelumnya diberitakan, Kepolisian Republik Indonesia melalui Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) Bareskrim Polri tidak hanya memverifikasi keaslian ijazah Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
Polri juga melakukan uji forensik terhadap skripsi sarjana milik Jokowi yang disusun saat kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Skripsi berjudul “Studi tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kotamadya Surakarta” tersebut ditulis Jokowi sebagai syarat kelulusan pada tahun 1985, dengan nomor mahasiswa 1681.
"Dalam hal skripsi milik Bapak Jokowi setelah dilakukan penelitian dari bab 1 sampai dengan terakhir oleh Puslabfor, mesin tik yang digunakan adalah tipe pika (tipe yang umum digunakan pada masa itu)," kata Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Polri Brigjen Djuhandhani Rahardjo Puro, dalam konferensi pers, Kamis (22/5/2025).
Puslabfor menyebut, mesin tik tipe pika memuat 10 karakter per inci dan tidak merujuk pada jenis huruf seperti pada ketikan digital masa kini.
Penelitian dilakukan secara menyeluruh dari Bab 1 hingga bab terakhir.
Selain itu, pada lembar pengesahan skripsi, ditemukan ciri khas cetakan hand press atau letter press.
Jika diraba, tulisannya terasa tidak rata atau sedikit cekung, menandakan penggunaan metode cetak manual yang lazim digunakan di masa itu.
"Terhadap uji labfor tersebut, berkesesuaian dengan keterangan dari pemilik percetakan saat itu. Sehingga terjawab tidak ada proses cetak menggunakan alat lain selain mesin tik dan alat cetak hand press atau letter press," ujar Djuhandhani.
Tidak hanya skripsinya, Bareskrim juga memeriksa ijazah asli milik Jokowi dengan nomor 1120, yang diterbitkan pada 5 November 1985 oleh Fakultas Kehutanan UGM.
Ijazah tersebut diuji laboratorium forensik dengan membandingkan bahan kertas, sistem pengamanan, teknik cetak, tinta, serta tanda tangan dan cap stempel dengan ijazah milik tiga rekan seangkatan Jokowi.
"Antara bukti dan pembanding adalah identik atau berasal dari satu produk yang sama," kata Djuhandhani.
Dalam tahap penyelidikan, polisi juga menemukan bahwa skripsi Jokowi telah diubah ke format digital pada tahun 2016 dan diunggah ke dalam sistem Perpustakaan Terpadu Digital (PTD) UGM pada tahun 2019.
Djuhandhani mengatakan, hingga saat ini, skripsi Jokowi adalah satu-satunya dokumen lulusan sebelum tahun 1990 yang tersedia dalam sistem digital.
"Dikunggah oleh admin, karena wujud kebanggaan dari Fakultas Kehutanan ada yang menjadi tokoh nasional, menjadi presiden, dikunggah oleh admin dan itu hanya satu-satunya yang dikunggah. Sementara dari yang lainnya baru sampai lulusan tahun 1990," katanya.
Laporkan Skripsi Palsu
Next, digital forensics expert Rismon Sianipar plans to report Joko Widodo alias Jokowi regarding another case outside the controversy over the diploma.
Rismon Sianipar mengatakan akan ada perang babak baru terkait polemik ijazah Jokowi.
Seperti diketahui, Rismon Sianipar bersama dua rekannya yakni Roy Suryo dan Dokter Tifa merupakan tiga sosok yang mengkritisi keaslian ijazah Jokowi.
Semua dari mereka selama ini meyakini bahwa ijazah Jokowi asli, meskipun Bareskrim Polri sudah merilis hasil uji forensik.
Beberapa waktu lalu, Bareskrim sudah menyatakan bahwa ijazah Jokowi adalah asli serta identik dengan lulusan UGM Fakultas Kehutanan di tahun kelulusan yang sama yakni tahun 1985.
Atas pengumuman yang disampaikan pihak Bareskrim Polri itu, kubu Roy Suryo tak lantas percaya.
Kini, gantian Rismon mengkritisi masalah skripsi Jokowi.
Meski kabar terbarunya, Rismon berencana melaporkan Jokowi terkait dengan tudingan ijazah palsu.
Tidak tanggung-tanggung, Rismon mengaku akan melaporkan Jokowi ke kepolisian dan pengadilan.
"Perang baru! Jokowi akan dilaporkan atas skripsi palsu ke Bareskrim dan Pengadilan Perdata!" imbuh Rismon Sianipar dalam postingannya di X 31 Mei 2025.
Sebagai dasar laporannya itu, Rismon menyoroti formulir pendaftaran Jokowi saat berkuliah di UGM yang sempat diperlihatkan Bareskrim Polri di momen konferensi pers beberapa waktu lalu.
Selain formulir, Rismon juga memperlihatkan soal transkrip nilai Jokowi.
Dari sanalah Rismon meragukan soal skripsi Jokowi.
"Mengingat formulir pendaftaran, Jokowi terdaftar sebagai sarjana muda dan total SKS (wajib dan pilihan hanya 122 SKS! Sarjana muda tidak menulis skripsi!" cuit Rismon dalam akun X.
Selain itu, Rismon mengaku timnya sedang menyiapkan konsep laporan untuk Jokowi.
"Pengadu itu siapa? Berani mengadukan Jokowi?" tanya netizen.
"Kenapa tidak? Tunggu tanggal mainnya, laporan sedang dikonsep!" tegas Rismon.
Dr Tifa Membahas SKS
Tidak hanya Rismon, kubu Roy Suryo yang lain yaitu Dokter Tifa juga menggaungkan hal yang sama.
Baru-baru ini Dokter Tifa menyinggung soal jumlah SKS yang diambil Jokowi saat berkuliah di UGM.
Sama-sama lulusan UGM, Dokter Tifa pun membandingkan SKS yang ia tempuh selama berkuliah dengan Jokowi.
Dokter membutuhkan 211 SKS
Masa jadi Ir Kehutanan cuma 122 SKS?
"Siapa yang bohong ini?" tanya Dokter Tifa dalam cuitannya, Sabtu (31/5/2025).
Selain mengungkapkan kecurigaannya, Dokter Tifa juga memperlihatkan foto terkait dengan jumlah SKS yang ia jalani selama mengenyam pendidikan di UGM.
Dokter Tifa ragu-ragu tentang Jokowi yang lulus sarjana tetapi hanya mengikuti 122 SKS.
Saya menjadi Sarjana Kedokteran dan kemudian menjadi Dokter dari Universitas Gadjah Mada - UGM
Perlu menempuh:
Mata Kuliah Wajib = 149 SKS
Mata kuliah pilihan = 8 SKS
Total SKS menjadi SARJANA KEDOKTERAN (S.Ked) = 157 SKS!
Selanjutnya ditambah Mata Kuliah Profesi + KKN = 54 SKS
Jadi total SKS saya untuk menjadi DOSEN harus menempuh = 211 SKS!
Bagaimana mungkin Sarjana Kehutanan UGM bisa lulus jadi Insinyur hanya dengan modal 122 SKS????" tulis Dokter Tifa dalam unggahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar